Menurut laporan Kyodo News yang mengutip sumber-sumber diplomatik, Beijing mendorong Ketua Pertemuan Menteri Luar Negeri ASEAN ke-56, yang dimulai hari ini di Jakarta, untuk mengeluarkan pernyataan yang mengecam rencana pelepasan air radioaktif tersebut yang dilakukan oleh pemerintah Jepang.
Pada konsultasi tingkat kerja, Beijing juga meminta Indonesia yang merupakan Ketua ASEAN untuk tidak menggunakan istilah ‘air olahan’ pada air radiokatif dalam pernyataan bersama yang akan dikeluarkan Jumat ini.
Jepang sebelumnya mengatakan bahwa Badan Energi Atom Internasional (IAEA) menyimpulkan dalam sebuah laporan yang dirilis Selasa lalu bahwa rencana Tokyo sejalan dengan standar keselamatan global dan akan memil7iki efek radiologis yang dapat diabaikan pada manusia dan lingkungan.
Korea Selatan menyatakan menghormati hasil peninjauan IAEA, sementara China mengkritik pengawas nuklir PBB dan mendesak Tokyo untuk menghentikan rencana pembebasan itu.
Dilaporkan portal berita Yeni Safak, pemerintah Jepang dan Tokyo Electric Power Company Holdings Inc. yang mengoperasikan pabrik Fukushima, bertujuan untuk mulai melepaskan air ke laut sekitar musim panas setelah menjalani pemrosesan untuk menghilangkan sebagian besar radionuklida kecuali tritium.
Juru bicara Kementerian Luar Negeri China Wang Wenbin mengisyaratkan perluasan kontrol impor Beijing pada makanan Jepang dengan alasan Tokyo menggunakan istilah pseudo-ilmiah air olahan untuk mengurangi risiko air yang terkontaminasi bahan nuklir.
Lebih dari 150.000 orang dievakuasi dari zona ekslusi di sekitar pembangkit nuklir, dan status tersebut masih berlaku hingga kini.
Penonaktifan pembangkit nuklir juga telah dimulai, tapi prosesnya bisa memakan waktu puluhan tahun.
- Rencana Jepang buang air limbah nuklir ke laut bikin khawatir warga dan negara tetangga
Sementara itu, air yang jumlahnya setara dengan 500 kolam renang Olimpiade tertampung di sana, menurut Kantor berita Reuters.
Ruang penyimpanan untuk air tersebut sudah habis, tapi rencana yang diinisiasi oleh pemerintah Jepang dan operator fasilitas tersebut, Tepco, untuk melepaskan air ke lautan telah ditolak sejumlah negara di kawasan itu – yang paling keras dari China.
“Bea Cukai China akan mempertahankan tingkat kewaspadaan yang tinggi,” kata otoritas bea cukai China.
Kementerian Luar Negeri Jepang mengatakan pihaknya sedang mempertimbangkan langkah-langkah atas merespons kebijakan ini, ungkap seorang pejabat yang tidak disebutkan namanya kepada AFP.
Beijing telah mengkritik keras rencana tersebut dan menuduh Jepang memperlakukan lautan seperti “saluran pembuangan pribadi”.
China juga memperingatkan pengawas nuklir PBB, International Atomic Energy Agency (IAEA) agar tidak mendukung langkah Jepang.