Samarinda – Kepala Perwakilan Bank Indonesia (BI) Provinsi Kalimantan Timur (Kaltim) Budi Widihartanto menyatakan bahwa inflasi di provinsi tersebut pada April 2025 mengalami penurunan 2,02 month to month (mtm) dibandingkan bulan sebelumnya.
Penyumbang utama dari penurunan inflasi secara signifikan itu adalah kelompok perumahan, listrik, air, dan bahan bakar rumah tangga dengan andil 0,79 persen.
Peningkatan tarif listrik menjadi faktor utama setelah berakhirnya kebijakan diskon tarif yang berlaku pada Januari hingga Februari 2025.
“Kelompok makanan, minuman, dan tembakau juga mencatatkan andil inflasi, dipicu oleh curah hujan tinggi yang berdampak pada menurunnya produksi pertanian,” kata Budi dalam keterangan resminya, Senin, 5 Mei 2025.
Ia menjelaskan, beberapa komoditas yang mengalami kenaikan harga tertinggi antara lain daging ayam ras, kangkung, bayam, tomat, dan ikan tongkol.
Namun demikian, inflasi turut ditekan oleh penurunan harga pada sejumlah komoditas seperti angkutan udara, cabai rawit, udang basah, bensin, dan tarif pulsa ponsel.
Untuk menjaga stabilitas harga dan memastikan pasokan pangan, berbagai upaya terus dilakukan. BI Kaltim bersama Tim Pengendalian Inflasi Daerah (TPID) mendorong program peningkatan produksi pertanian.
Langkah yang dijalankan seperti mekanisasi pertanian, bantuan pupuk dan sarana tani. Hal ini termasuk penggunaan teknologi pertanian modern seperti drone sprayer dan combine harvester, serta penerapan digital farming.
Selain itu, Gerakan Pangan Murah (GPM) terus digencarkan oleh TPID se-Kaltim untuk memastikan keterjangkauan harga pangan di masyarakat.
Upaya fasilitasi distribusi pangan kepada kelompok tani (Poktan) dan Kelompok Wanita Tani (KWT) dilakukan dalam kegiatan GPM, dengan fokus pada komoditas strategis seperti cabai dan sayuran segar.
Budi juga menegaskan pentingnya sinergi melalui Gerakan Nasional Pengendalian Inflasi Pangan (GNPIP) yang terus diperkuat. Salah satu terobosan terbaru adalah peresmian kios pengendali inflasi pertama oleh TPID Kabupaten Kutai Kartanegara (Kukar).
Ke depan, TPID Provinsi Kaltim akan terus bersinergi dengan seluruh pemangku kepentingan untuk menjalankan strategi pengendalian inflasi melalui pendekatan 4K, yakni ketersediaan pasokan, keterjangkauan harga, kelancaran distribusi, dan komunikasi efektif.
“Serta mendorong realisasi investasi private sektor bisa tumbuh lebih tinggi untuk mendukung pertumbuhan ekonomi Kaltim yang tinggi dan berkelanjutan,” pungkasnya.