Jakarta – Sergey Lavrov, Menteri Luar Negeri Rusia, menyatakan bahwa Amerika Serikat (AS) sedang secara terang-terangan melaksanakan strategi untuk mengganggu stabilitas politik di Rusia. Situasi ini terjadi ketika hubungan antara kedua negara sedang memanas.
Dalam sebuah pertemuan yang dihadiri oleh partai Rusia Bersatu yang berkuasa, Lavrov mengkritik AS karena belum menghentikan “tindakan negatif dalam campur tangan dalam urusan dalam negeri negara-negara berdaulat.” Contoh yang dia berikan adalah campur tangan AS dalam revolusi Maidan di Ukraina pada tahun 2014.
Gangguan Eksternal Terhadap Stabilitas Politik di Rusia
“Bentuk gangguan tersebut sangat beragam, termasuk ancaman, pemerasan, dan organisasi ‘revolusi warna’. Kudeta berdarah di Ukraina yang berhasil pada tahun 2014 dicoba lagi enam tahun kemudian di Belarusia, [tapi] tidak berhasil,” jelasnya dikutip dari Russia Today, Selasa (120/6/2023).
“Ini jelas bukan langkah terakhir. Mereka secara terbuka menetapkan tujuan merusak stabilitas politik domestik di negara kita dalam konteks pemilihan presiden 2024.”
Lavrov menambahkan bahwa situasi saat ini mengarah pada dunia yang multipolar. Ia menuturkan muncul pusat pertumbuhan dan pengambilan keputusan baru di Eurasia, Pasifik, Timur Tengah, Afrika, dan Amerika Latin, berdasarkan “hak rakyat yang alami dan tidak dapat dicabut untuk menentukan nasib sendiri”.
Presiden Rusia Vladimir Putin mengatakan bahwa pemilihan presiden 2024 akan diadakan sesuai hukum dan sesuai dengan semua prosedur demokrasi dan konstitusional. Ia memenuhi syarat untuk mencalonkan diri kembali, tetapi belum mengumumkan apakah dia berniat untuk melakukannya.
Pada Maret 2022, Presiden AS Joe Biden secara terbuka menyatakan bahwa Putin “tidak dapat tetap berkuasa”, meskipun para pejabat di Washington kemudian mengatakan ia mengungkapkan sentimen pribadi dan bukan kebijakan yang sebenarnya.
Beberapa bulan kemudian, mantan penasihat keamanan nasional John Bolton secara terbuka mengadvokasi perubahan rezim di Rusia. Bolton mendesak AS untuk mendesain agar Rusia memperburuk keadaannya sendiri sehingga menimbulkan perpecahan di antara mereka yang memiliki otoritas nyata agar mewujudkan revolusi