Keberadaan Dua Anak dan Pertanyaan atas Ayah Herakles dari Makedonia
Ian Worthington, profesor sejarah kuno di Macquarie University di Sydney, Australia, dalam bukunya “Alexander the Great: A Reader” (Routledge, 2012 ) menyebutkan, Alexander memiliki satu atau bahkan mungkin dua anak (semua laki-laki). Salah satunya, yang dikenal sebagai Alexander IV, putranya dengan istrinya Roxana dan yang lain dikenal sebagai “Herakles dari Makedonia”, putra dari Barsine, seorang selir.
“Roxana adalah putri seorang kepala suku di Bactria, sebuah daerah di Asia Tengah. Pasukan Alexander menangkapnya saat penyerangan di wilayah tersebut dan menikah dengannya sekitar tahun 327 SM,” tulis Ian Worthington.
Tapi Alexander tidak melihat putranya, Roxana mengandung ketika Alexander Agung meninggal di Babilonia pada tahun 323 SM. Sedangkan Herakles dari Makedonia lahir dari seorang selir bernama Barsine, wanita bangsawan Persia, sekitar tahun 327 SM, yang usianya empat tahun lebih tua dari Alexander Agung.
Beberapa sarjana di zaman modern mempertanyakan apakah Alexander sebenarnya adalah ayah dari anak yang dikandung Barsine, karena tidak pernah secara resmi mengakui anak tersebut. Tetapi tampaknya ada konsensus di antara beberapa sarjana modern bahwa Heracles adalah putra kandung Alexander Agung.
Alasan Anak Alexander Agung Tidak Menjadi Pewaris Takhta
Setelah Alexander Agung meninggal karena penyakit misterius pada usia 32 tahun, tidak ada pewaris yang meneruskan takhtanya. Saat itu istrinya sedang mengandung Alexander IV, pada saat itu belum diketahui apakah anaknya laki-laki atau perempuan.
Sedangkan Herakles dari Makedonia dinilai bukan anak sah, sehingga mempersulit klaimnya atas takhta Alexander. “Anak laki-laki itu tidak pernah menjadi kandidat untuk menggantikannya karena anak dari seorang selir,” kata Worthington kepada Live Science melalui email.
Selain itu, Roxana dan Barsine adalah keturunan Asia, yang tidak disukai oleh beberapa pasukan Alexander Agung. “Menurut sejarawan Alexander (Romawi) kuno Quintus Curtius, kedua putranya diusulkan sebagai calon pewaris takhta dalam pertemuan para jenderal dan kelas kavaleri, namun tentara infanteri menolak karena ibu-ibunya adalah orang Asia,” kata Carol King, profesor klasik di Memorial University of Newfoundland.
Can you be more specific about the content of your article? After reading it, I still have some doubts. Hope you can help me.
Your point of view caught my eye and was very interesting. Thanks. I have a question for you.
Thanks for sharing. I read many of your blog posts, cool, your blog is very good. https://www.binance.com/sl/register?ref=OMM3XK51
Thank you for your sharing. I am worried that I lack creative ideas. It is your article that makes me full of hope. Thank you. But, I have a question, can you help me?