Samarinda – Gotak gatik gatuk. Istilah itu digunakan untuk menjelaskan dua hal yang sebenarnya tak terkait, tapi dikait-kaitkan. Bahkan, berdasar fakta, ternyata tak ada hubungan sama sekali.
Misalnya, netizen yang menyebarkan narasi permainan lato-lato yang sedang digandrungi itu ditemukan sejak zaman Ken Arok. Entah dengan maksud bercanda atau demi mencari sensasi, permainan yang dikenal juga dengan etek-etek itu, katanya, ada di arca Ken Arok.
’’TAHUKAH KAMU? Ini adalah arca Ken Arok yg ditengarai sebagai penemu pertama permainan lato-lato. Konon kabarnya ia menciptakan permainan ini untuk menenangkan diri setelah membunuh Mpu Gandring dan Tunggul Ametung,’’ tulis akun Facebook Bagas W Nararya (s.id/ArcaLatoLato).
Gambar arca tersebut memang memperlihatkan dua benda berbentuk bulat. Menggantung. Lalu, tangan kanan patung itu seperti memegang ujung tali, layaknya permainan lato-lato yang bagian ujung mengutas tali.
Wartasia.com menelusuri narasi tersebut. Dari hasil pencarian menggunakan situs padanan gambar, Wartasia.com diarahkan pada portal resmi milik collections.vam.ac.uk yang mengunggah gambar serupa di laman tersebut.
’’Sosok Penjaga Bhima Gaya Majapahit, Indonesia,’’ begitu deskripsi singkat pada laman itu. Dengan tinggi 79 sentimeter, patung tersebut dibuat pada abad ke-15. Anda dapat membacanya di s.id/PatungBima.
Arkeolog Balai Pelestarian Cagar Budaya Jatim Wicaksono Dwi Nugroho menampik bahwa dua bulatan pada arca itu merupakan lato-lato. Dia menegaskan bahwa patung tersebut tidak berkaitan sama sekali dengan lato-lato. ’’Ono Ono wae. Itu gotak gatik gatuk. Kalau tidak salah, itu arca Bima,’’ ujarnya kepada Wartasia.com kemarin (9/1).
Dia menjelaskan bahwa yang tampak bulat itu adalah buah zakar. Pada masa akhir Kerajaan Majapahit, arca tersebut beraliran Tantrayana yang menampilkan sisi vulgar dan eksotisme.
Hal itu tampak dari relief Candi Sukuh yang terletak di lereng kaki Gunung Lawu. ’’Penting ini untuk diketahui dan sebagai klarifikasi. Tidak ada kaitannya dengan lato-lato,’’ paparnya.
—
FAKTA
Arca Bhima atau Bima abad ke-15 yang menampilkan sisi vulgar dengan menampilkan buah zakar.