Dalam beberapa tahun ke depan, dinamika global pasca pandemi Covid-19 menciptakan kompleksitas yang berat. Hal ini berdampak signifikan pada pergerakan nilai tukar rupiah dan yield surat berharga pemerintah, yang sangat terpengaruhi oleh dinamika pasar global ke depan.
Hal tersebut tersampaikan oleh Menteri Keuangan Sri Mulyani Indrawati dalam sidang paripurna pembacaan Kerangka Ekonomi Makro. Dan Pokok-Pokok Kebijakan Fiskal Rancangan Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara 2024 (KEM PPKF RAPBN 2024).
Tukar Rupiah dalam KEM PPKF RAPBN 2024
“Prospek pasar keuangan domestik, termasuk pergerakan nilai tukar rupiah dan yield surat berharga pemerintah akan sangat terpengaruhi dinamika pasar global, termasuk meningkatnya kesadaran akan isu lingkungan,” jelas Sri Mulyani, Jumat (19/5/2023).
Oleh karena itu, pemerintah mengasumsikan nilai tukar rupiah dalam KEM PPKF RAPBN 2024 sebesar Rp 14.700/US$ hingga Rp 15.300/US$. Asumsi tersebut lebih tinggi dibandingkan dengan target di dalam Undang-Undang APBN 2023 yang mencapai Rp 14.800/US$.
“Nilai tukar rupiah Rp 14.700 hingga Rp 15.300 per dolar Amerika Serikat,” jelas Sri Mulyani.
Perekonomian global tahun 2023, kata Sri Mulyani juga masih dihadapkan pada tekanan yang berat. Laju inflasi global memperkirakan belum akan kembali ke level normal periode pandemi.
Sehingga suku bunga acuan global cenderung akan bertahan pada level yang tinggi dalam jangka waktu yang lama (higher for longer).
“Sebagai konsekuensinya, kondisi likuiditas global masih akan ketat sehingga cost of fund juga memperkirakan tetap tinggi,” jelas Sri Mulyani.
Di sisi lain, ruang kebijakan di banyak negara juga semakin terbatas dengan meningkatnya utang akibat pandemi. Gejolak perbankan di AS dan Eropa juga menambah risiko dan ketidakpastian pasar keuangan global.
“Kombinasi dari masih ketatnya likuiditas global, terbatasnya ruang kebijakan di banyak negara. Serta persoalan perbankan di AS dan Eropa menyebabkan prospek pertumbuhan ekonomi global tahun 2023 cenderung lemah,” jelas Sri Mulyani
Sri Mulyani mengatakan, IMF pada World Economic Outlook April 2023 memperkirakan pertumbuhan ekonomi global tahun 2023. Akan melambat signifikan ke level 2,8%, dari sebelumnya 3,4% di tahun 2022.