Kukar – Dengan tantangan besar dalam peningkatan produksi minyak dan gas nasional, PT Pertamina EP (PEP) Sangasanga Field dan PT Pertamina Hulu Sanga Sanga (PHSS) kini bersinergi dalam pelaksanaan pengeboran hingga pengelolaan operasional.
Kolaborasi ini diwujudkan melalui Program Borderless yang memungkinkan penghematan biaya dan efisiensi pada wilayah kerja overlapping, atau tumpang tindih, di Kalimantan Timur.
Kolaborasi dua kontraktor kontrak kerja sama (KKKS) ini tak hanya fokus pada pengeboran, tetapi juga merambah ke berbagai aspek operasional seperti well intervention, pengadaan barang dan jasa, serta perijinan.
“Program Border lesson mengintegrasikan wilayah kerja yang memiliki hak kedalaman berbeda antara PEP Sangasanga dan PHSS, serta didukung oleh SKK Migas melalui Joint Operation Agreement (JOA) 2023,” ujar Sigid Setiawan, Senior Manager Pertamina EP Sangasanga Field, dalam kunjungan media di sumur NKL-1170 B/LMP-8050, Anggana, Kutai Kartanegara.
Tercatat hingga 2024, telah dilakukan pengeboran pada tiga sumur borderless, termasuk sumur NKL-1170 yang kini tengah berproses dan diproyeksikan selesai pada 12 November 2024.
Sumur NKL-1170 merupakan nama yang diberikan untuk sumur PEP Sangasanga. Di sumur yang sama, PHSS memberikan nama sumur LMP-8050. Di sumur tersebut ada overlapping dari lapisan. Berdasarkan perhitungan, hingga kedalaman 2.000 meter merupakan lapisan Pertamina EP Sangasanga. Dan 2.000 kebawah merupakan lapisan PHSS.
“Dulu saat entitas masih bergerak sepenuhnya sendiri-sendiri, kita kalau mengebor juga dengan biaya dari masing-masing entitas,” ucapnya.
Sumur ini menjadi ilustrasi nyata konsep borderless dengan lapisan berbeda, lapisan atas hingga 2.000 meter merupakan area PEP Sangasanga, sementara di bawahnya merupakan wilayah PHSS.
Snergi ini diakui mampu menghemat biaya yang sebelumnya lebih besar ketika masing-masing entitas bergerak sendiri.
“Pemboran borderless menciptakan efisiensi dengan biaya total sekitar US$5 juta untuk satu sumur, dibandingkan sebelumnya yang memakan biaya gabungan US$7 juta. Ini menghemat sekitar US$2 juta,” ujar Sigid.
Efisiensi ini sangat diharapkan mengingat wilayah overlapping meliputi tiga distrik utama—Sembera, NKL, dan Samboja.
Asisten Manager Drilling Zona 9, Regional 3 PT Pertamina Hulu Indonesia, Hendry Nasution, menambahkan bahwa program ini membuka peluang optimasi yang lebih besar.
“Kami tidak hanya mengurangi biaya tetapi juga mempercepat akses lahan, pemanfaatan fasilitas, hingga proses pengadaan barang yang lebih efisien,” jelasnya.
Ke depan, sinergi ini diharapkan terus berlanjut dengan target 29 sumur borderless hingga 2027, yang diharapkan mampu meningkatkan kontribusi nasional dalam produksi minyak dan gas secara efektif dan efisien.