JAKARTA – Patahan bumi terjadi karena adanya pergeseran antara dua bagian dari kerak bumi yang berbeda. Hal ini seringkali disebabkan oleh gaya tektonik yang terjadi secara alami di bawah permukaan Bumi. Ketika terjadi pergeseran ini, batuan di sekitar patahan akan terlipat, dipatahkan, dan bergeser. Patahan bumi dapat terjadi dalam berbagai skala, dari yang sangat kecil hingga yang besar dan berbahaya.
Patahan bumi bisa sangat besar, seperti Patahan San Andreas di California, Amerika Serikat, yang memiliki panjang sekitar 1.300 km, atau bisa juga sangat kecil seperti patahan yang terbentuk di sekitar lempengan kerak bumi yang saling bergerak di bawah laut.
Dan patahan bumi juga dapat menjadi sumber gempa bumi dan tsunami, terutama jika pergerakan patahan terjadi dengan cepat dan kuat.
Kulit Bumi Selalu Bergesekan
Lapisan kulit Bumi selalu aktif karena adanya pergerakan lempeng. Setiap lempeng Bumi akan terus menerus bergesekan, terpisah, dan bertabrakan satu sama lainnya.
Ketika proses ini terjadi, maka akan terbentuk patahan (fault) atau sesar. Sederhananya, patahan merupakan retakan besar akibat interaksi lempeng di dalam kerak Bumi. Peristiwa ini juga yang menjadi penyebab terjadinya gempa Bumi tektonik.
Komponen utama dari patahan terdiri dari bidang sesar, jejak sesar, dinding gantung, dan dinding kaki. Dalam bidang patahan miring, sisi atasnya disebut dengan dinding gantung dan di bawahnya merupakan dinding kaki.
Namun ketika bidang patahannya vertikal, tidak ada dinding gantung maupun dinding kaki. Hasil patahan ini nantinya bisa menjadi “strike” yang muncul ke permukaan Bumi atau “dip” curam lereng patahan.
Patahan atau sesar terdiri dari beberapa jenis. Mulai dari normal fault, reverse fault, strike-slip faults, oblique faults. Setiap jenis patahan memiliki karakteristiknya masing-masing. Berikut ini penjelasan perbedaan keempat patahan:
Patahan Normal
Jenis patahan ini terjadi saat dinding gantung bergerak turun terhadap dinding kaki. Hal ini disebabkan adanya gaya ekstensional yang menari lempeng sekitarnya terpisah. Adanya gaya tarikan gravitasi ke bawah kemudian menghasilkan patahan normal. Contoh dari patahan normal yaitu Sierra Nevada California dan East African Rift.
Patahan Terbalik
Disebut juga sebagai patahan terbalik terjadi ketika dinding gantung bergerak naik ke atas. Hasil penelitian patahan terbalik biasanya disebabkan gaya kompresi atau tekanan yang mendorong sisinya menjadi satu.
Dan patahan terbalik menghasilkan beberapa rangkaian pegunungan tertinggi di dunia, seperti pegunungan Himalaya atau pegunungan Rocky.
Patahan Strike-slip
Patahan strike-slip tidak bergerak ke atas atau ke bawah, melainkan secara horizontal. Dan patahan ini biasanya memiliki bidang patahan vertikal sehingga tidak ada dinding gantung maupun dinding kaki.
Gaya yang menciptakan patahan ini bersifat lateral atau horizontal, membawa sisi lempeng saling berpapasan satu sama lain. Salah satu patahan strike-flip yang paling terkenal yaitu patahan San Andreas.
Apabila balok patahan yang berhadapan dengan pengamat bergerak ke kanan, maka gaya gesernya disebut right lateral. Demikian sebaliknya jika bergerak ke kiri dengan posisi menghadap pengamat, maka gaya gesernya left lateral.
Patahan Oblique atau Patahan Miring
Patahan miring memberikan dampak slip karena gerakan horizontal dan slip-shift akibat gerakan vertikal. Sesar miring ini merupakan gabungan reverse, normal, dan push slip.
Patahan Divergen
Ini patahan terbentuk akibat pergerakan dua lempeng tektonik menjauh satu sama lain. Dan patahan divergen biasanya juga ditemukan di dasar laut dan seringkali menjadi sumber letusan gunung api bawah laut.
Patahan Konvergen
Patahan ini terbentuk akibat pergerakan dua lempeng tektonik yang saling mendekat satu sama lain. Dan patahan konvergen dapat mengakibatkan terbentuknya pegunungan, gempa bumi, dan vulkanisme.
Patahan Transform
Patahan ini terbentuk akibat pergerakan dua lempeng tektonik yang saling meluncur satu sama lain secara horizontal. Dan patahan transform seringkali menjadi sumber gempa bumi.