China – Meningkatnya ketidakmampuan masyarakat di China untuk berbelanja telah menyebabkan kelesuan ekonomi Negeri Tirai Bambu tanpa menunjukkan tanda-tanda pemulihan. Rumah tangga di China kini menunjukkan gejala resesi neraca keuangan, yang ditandai dengan keinginan untuk menabung atau membayar utang, namun mereka enggan meminjam dan berbelanja.
Menyikapi situasi ini, Komisi Pembangunan dan Reformasi Nasional (NDRC) China berkomitmen untuk segera meluncurkan kebijakan dukungan konsumsi. Pada Selasa (18/7/2023), para perencana ekonomi terkemuka di China menjanjikan kebijakan untuk “memulihkan dan memperluas” konsumsi tanpa menunggu lebih lama, karena daya beli konsumen masih lemah. Hal ini menunjukkan urgensi dalam menghidupkan kembali permintaan domestik.
Ekonomi terbesar kedua di dunia itu tumbuh dengan kecepatan yang lemah pada kuartal kedua. Produk domestik bruto tumbuh 6,3% pada kuartal kedua dari tahun sebelumnya, jauh di bawah perkiraan pertumbuhan 7,3%.
Pada konferensi pers bulanan oleh Komisi Pembangunan dan Reformasi Nasional (NDRC) pada hari Selasa, Jin Xiandong, seorang pejabat NDRC, mengatakan pemulihan ekonomi yang terus-menerus menghadapi kesulitan dan tantangan dari “permintaan yang tidak mencukupi, momentum yang lemah, dan kepercayaan yang lemah”.
Ekspektasi daya beli dan konsumsi konsumen relatif lemah sementara infrastruktur dan lingkungan konsumsi perlu ditingkatkan, lanjut Jin. Jin mengatakan NDRC akan “segera merumuskan dan meluncurkan kebijakan untuk memulihkan dan memperluas konsumsi”.
“Berfokus pada menstabilkan konsumsi komoditas massal, meningkatkan konsumsi mobil dan elektronik serta mengoptimalkan lingkungan konsumsi, kami akan memperkenalkan serangkaian kebijakan praktis dan efektif dan meningkatkan penerapannya sesegera mungkin,” tambahnya.
Penjualan ritel sebagai ukuran konsumsi, tumbuh 3,1% di bulan Juni, melambat tajam dari kenaikan 12,7% di bulan Mei. Jin juga mengatakan NDRC akan bertujuan untuk menstabilkan pekerjaan, khususnya membantu pekerjaan kaum muda.
Tingkat pengangguran kaum muda naik menjadi 21,3% di bulan Juni dari 20,8% di bulan Mei, rekor tertinggi baru, karena para lulusan baru berebut penawaran yang terbatas selama musim berburu pekerjaan.
Pejabat NDRC lainnya, Li Hui, mengatakan perencana negara akan berkomunikasi dengan perusahaan swasta untuk mempelajari tentang operasi dan kesulitan mereka. Li Hui juga aktif berbicara pada konferensi pers bulanan NDRC.
Kepala NDRC Zheng Shanjie telah mengadakan tiga pertemuan dengan perusahaan swasta bulan ini, yang jarang terjadi, dalam upaya untuk meningkatkan keyakinan mereka bahwa mereka dapat mendukung pemulihan pasca-pandemi. Kepercayaan pada bisnis swasta masih melemah, investasi aset tetap swasta menyusut 0,2% dalam enam bulan pertama, dibandingkan pertumbuhan 8,1% dalam investasi oleh entitas negara. Kementerian perdagangan China pada hari Selasa mengumumkan serangkaian langkah untuk meningkatkan penggunaan barang dan jasa konsumen.
Sebagaimana diketahui, ekonomi China kini mulai melemah. Hal ini terlihat dari belanja masyarakat China yang mulai lesu. Laju inflasi China turun ke level nol (year on year/yoy) pada Juni 2023. Ini menjadi alarm peringatan berlanjutnya perlemahan permintaan dan menambah kekhawatiran bahwa ancaman deflasi di depan mata.
Biro Statistik Nasional (NBS) China melaporkan indeks harga konsumen (consumer price index/CPI) tidak berubah pada Juni 2023 dari tahun sebelumnya (year-on-year/yoy).
Ekspor China pun turun sebesar 12,4% dalam dolar pada Juni 2023 jika dibandingkan dengan tahun sebelumnya. Sementara, impor China dilaporkan turunsebesar 6,8%.
Kinerja ekspor yang buruk mencerminkan permintaan yang lemah untuk barang-barang China. Kinerja impor Negeri Tirai Bambu pun ikut melemah, mengingat China membawa suku cadang dan bahan dari luar negeri untuk merakit hingga menjadi produk jadi untuk diekspor.