Para ilmuwan dunia telah mengeluarkan protes terkait emisi yang dihasilkan oleh militer selama perang. Dalam penelitian terbaru, diketahui bahwa emisi militer dari seluruh dunia secara gabungan telah menyumbang 5,5% dari total emisi gas rumah kaca global (GRK).
Dilansir dari Modern Diplomacy, perang meninggalkan jejak karbon yang sangat merugikan kelangsungan hidup.
“Jika militer dunia dihitung sebagai satu negara, mereka akan mewakili jejak karbon terbesar keempat di seluruh dunia. “Tulis laman itu, seperti dikutip Minggu (14/5/2023).
Sebagai contoh, di Inggris. Pihak militer Inggris, menyumbang 50% dari semua emisi pemerintah. Di Amerika Serikat sumbangan karbon bahkan lebih tinggi lagi, hingga 80%.
“Emisi GRK militer sering tidak diumumkan atau disatukan bersama dengan pelaporan emisi sipil. Ini bukan tindakan yang dilakukan secara tidak mencolok, melainkan justru sebaliknya,” sambungnya.
Tantangan untuk mengurangi emisi militer telah lama menjadi masalah periferal, bagi sebagian besar menteri pertahanan, sebagai kemampuan misi-kritis seperti keselamatan, keandalan, dan kinerja militer.
“Emisi militer secara inheren tinggi dibandingkan dengan sektor lain, karena beberapa faktor. Sistem yang berhubungan dengan pertahanan industri berat, seperti rudal dan senjata,” jelasnya.
Kendaraan tempur Angkatan Darat hingga jet tempur, dan kapal selam. Semua peralatan pertahanan penting seperti itu membutuhkan beberapa bentuk bahan bakar yang berasal dari minyak bumi.
Misalnya, pada hari tertentu divisi Angkatan Darat AS yang cukup besar, dapat mengkonsumsi hingga hampir 6.000 galon bensin, belum lagi bahan bakar yang dibutuhkan instalasi militer dan perang di seluruh dunia.
“Kenaikan harga minyak atau keputusan cepat dari CEO minyak untuk memotong produksi dapat menyandera operasi militer dan pengambilan keputusan kebijakan luar negeri,” tukasnya.
Your point of view caught my eye and was very interesting. Thanks. I have a question for you.