Jakarta – Presiden Joko Widodo (Jokowi) mengungkapkan keprihatinannya terhadap situasi di Indonesia yang dianggapnya telah diperdaya. Fokusnya adalah pada kemajuan pembangunan smelter, fasilitas yang bertujuan untuk mengolah dan memurnikan komoditas tambang di tanah air.
Dalam upaya membuktikan kebenaran tudingannya, Presiden Jokowi dengan tekad yang kuat, memilih untuk mengunjungi langsung lokasi pembangunan smelter di Indonesia. Tindakan ini menunjukkan keseriusan dan ketegasan presiden dalam menghadapi masalah yang dianggapnya penting bagi negara.
Menteri ESDM Ungkap Keterlambatan Pembangunan Smelter Bauksit, 8 Proyek Terdeteksi
“Saya itu selalu ngecek smelter, Presiden ngecek-ngecek smelter, supaya saya pastikan proyek berjalan. Kita dibohongi bertahun-tahun,” ungkap Presiden Jokowi di Istana Negara, dikutip Sabtu (3/6/2023).
Jokowi menegaskan, ia tak ingin hanya dijanji-janjikan perihal pembangunan smelter di Tanah Air, termasuk oleh perusahaan tambang tembaga PT Amman Mineral Nusa Tenggara (AMNT) yang saat ini tengah membangun smelter di Nusa Tenggara Barat (NTB).
Berdasarkan data Kementerian Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM), hingga Januari 2023, realisasi pembangunan smelter AMNT sudah mencapai 51,63%. Sementara investasi yang sudah digelontorkan perusahaan sudah mencapai US$ 507,5 juta dari rencana investasi US$ US$ 983 juta.
“Harus jadi, saya minta rampung Juni, jangan sampai lama-lama janji-janji tapi tidak terjadi,” tandas Presiden Jokowi.
Dalam catatan Kementerian ESDM juga, terdapat sebanyak 8 perusahaan yang masih belum melaksanakan pembangunan smelter bauksit. Imbasnya, pemerintah melarang kegiatan ekspor mineral jenis bauksit pada Juni 2023 ini.
Menteri ESDM Arifin Tasrif menjelaskan dari rencana pembangunan 12 smelter bauksit di dalam negeri, sejauh ini baru ada 4 smelter yang sudah beroperasi. Sisanya, sebanyak 8 proyek smelter bauksit masih dalam tahap pembangunan.
Bahkan, berdasarkan peninjauan ke lapangan, terdapat perbedaan yang sangat signifikan dengan hasil verifikator independen. Temuan di lapangan menunjukkan dari 8 proyek smelter, 7 lokasi smelter masih berupa tanah lapang.
“Walaupun dinyatakan dalam laporan hasil verifikasi ditunjukkan kemajuan pembangunan sudah mencapai kisaran antara 32% sampai 66%,” kata Arifin dalam Rapat Kerja bersama Komisi VII DPR RI, Rabu (24/5/2023).
Berikut 8 perusahaan yang hingga saat ini belum menuntaskan pembangunan proyek smelternya:
1. PT Quality Sukses Sejahtera berlokasi di Kec. Tayan Hilir, Kab. Sanggau, Kalbar dengan rencana investasi perusahaan dalam proyek ini US$ 484,3 juta.
2. PT Dinamika Sejahtera Mandiri berlokasi di Kec. Toba, Kab. Sanggau, Kalbar dengan rencana investasi US$ 1,2 miliar.
3. PT Parenggean Makmur Sejahtera berlokasi di Kec. Campaga & Cempaga Hulu, Kab. Kotawaringin Timur, Kalteng dengan rencana investasi US$ 509 juta.
4. PT Persada Pratama Cemerlang berlokasi di Kec. Meliau, Kab. Sanggau, Kalbar dengan rencana investasi sebesar US$ 474 juta.
5. PT Sumber Bumi Marau berlokasi di Kec. Marau dan Jelai Hulu, Kab. Ketapang, Kalbar dengan rencana investasi sebesar US$ 550 juta.
6. PT Kalbar Bumi Perkasa berlokasi di Kec. Tayan Hilir, Kab. Sanggau, Kalbar dengan rencana investasi US$ 1,58 miliar.
7. PT Laman Mining berlokasi di Kec. Matan Hilir Utara, Kab. Ketapang, Kalbar dengan rencana investasi US$ 1,05 miliar.
8. PT Borneo Alumina Indonesia Kab. Mempawah, Kalbar dengan rencana investasi US$ 831,5 juta