Seorang juru bicara Pentagon yang diwawancarai oleh The Post menjelaskan bahwa operasi penyelamatan ini menggunakan dana yang sudah tersedia dalam anggaran Departemen Pertahanan. Brigjen Jenderal Patrick Ryder menjelaskan, “Jadi biaya tersebut sudah termasuk dalam alokasi anggaran yang telah dibayarkan sebelumnya,” seperti yang dilaporkan oleh laman Masslive pada Sabtu (24/6/2023)
Pencarian Kapal Selam Titan: Operasi Besar-Besaran dengan Pesawat, Kapal, dan Robot Laut Dalam
Perkiraan biaya itu diungkapkan Mark Cancian, penasihat senior Pusat Studi Strategis dan Internasional, yang dimuat laman The Washington Post (The Post). Dia menyebutkan bahwa angka itu tidak termasuk biaya perusahaan swasta yang dipekerjakan dan kapal penelitian dengan kendaraan yang dioperasikan dari jarak jauh, yang salah satunya akhirnya menemukan puing-puing Titan.
Masih belum jelas apakah pemerintah AS akan membayar perusahaan-perusahaan itu, tetapi ada kemungkinan jika Departemen Pertahanan menempatkan mereka di bawah kontrak. The Coard Guard District 1 di Boston, badan yang bertanggung jawab atas operasi, tidak memberikan respons kepada The Post terkait biaya dari upaya pencarian dan penyelamatan kapal selam Titan.
Laman independent juga menyebutkan biaya pencarian kapal selam Titan yang hilang mencapai jutaan dolar. “Biaya pencarian sebesar ini belum pernah terjadi sebelumnya, untuk kapal selam Titan yang hilang bisa mencapai jutaan dolar,” tulis independent.
Upaya internasional besar-besaran dengan pesawat, kapal permukaan, dan robot laut dalam dimulai hari Minggu ketika Titan dilaporkan hilang. Para pencari berpacu dengan waktu 96 jam untuk menemukan dan menyelamatkan penumpang kapal sebelum suplai oksigen mereka habis.
Area pencarian membentang ribuan mil, dua kali ukuran Connecticut dan di perairan sedalam 4 kilometer. Pencarian melibatkan Penjaga Pantai AS, Penjaga Pantai Kanada, serta badan dan entitas swasta lainnya.
“Tidak ada pencarian laut lain yang sebanding, terutama dengan begitu banyak negara dan bahkan perusahaan komersial yang terlibat akhir-akhir ini,” kata Norman Polmar, seorang sejarawan angkatan laut, analis dan penulis yang berbasis di Virginia.