Jakarta – Pada Maret 2023 atau sebulan sebelum dilaksanakannya Lebaran 2023 yang jatuh pada pertengahan April 2023, Indonesia mengimpor banyak minyak mentah hingga hasil minyak. Hasil olahan minyak termasuk bensin, solar hingga avtur.
Badan Pusat Statistik (BPS) mencatat, untuk nilai impor minyak mentah pada Maret 2023 naik 54,18% dari US$ 814,2 juta pada Februari 2023 menjadi US$ 528,1 juta. Sedangkan secara volume naik 52,16% dari 870,7 juta kg menjadi sebesar 1,32 juta kg.
Adapun untuk jenis hasil minyak, nilai impornya naik 21,09% dari US$ 1,49 miliar menjadi US$ 1,80 miliar pada Maret 2023. Sedangkan volumenya naik dari 1.978 juta kg menjadi 2.288,5 juta kg pada bulan itu.
Kenaikan ini berdasakan catatan BPS ada pengaruh peningkatan rata-rata harga agregat 4,66% dengan peningkatan tertinggi untuk bensin (motor spirit), bensin bebas timbel (unleaded) RON 90-RON 97 unblended.
Deputi bidang Metodologi dan Informasi Statistik BPS Imam Machdi mengatakan impor minyak menjadi penyumbang defisit migas di tengah kinerja surplus total neraca perdagangan US$ 2,91 miliar pada Maret.
“Neraca perdagangan komoditas migas defisit US$ 1,68 miliar dengan komoditas penyumbang defisit utama minyak mentah dan juga hasil minyak,” kata Imam saat konferensi pers di kantornya, Jakarta, Senin (17/4/2023)
Khusus untuk impor hasil minyak, tertinggi pada Maret 2023 berasal dari Singapura sebanyak 879,3 ribu ton dengan nilai US$ 712,7 juta, Malaysia 813,4 ribu ton senilai US$ 587,0 juta, India 215,5 ribu ton dengan nilai US$177,1 juta, Saudi Arabia 69,8 ribu ton senilai US$77,9 juta, dan Korea Selatan 93,1 ribu ton senilai US$77,5 juta
“Impor hasil minyak ini negaranya yang teridentifikasi dari Singapura, Malaysia, Kemudian India, Saudi Arabia dan Korea Selatan,” ucap Imam.