Jakarta – Konflik antara Rusia dan Ukraina masih berlangsung sampai saat ini. Meskipun telah berlangsung selama 13 bulan, tampaknya belum ada tanda-tanda bahwa serangan akan berakhir dan perdamaian akan tercapai.
Perkembangan terbaru konflik Rusia-Ukraina yang dikutip dari berbagai sumber pada hari Kamis (30/3/2023) menunjukkan bahwa potensi eskalasi konflik terus berkembang, termasuk ancaman perang nuklir.
1. Zelensky panggil Xi Jinping
Presiden Ukraina Volodymyr Zelensky mengaku ingin berbicara langsung dengan Presiden China Xi Jinping. Hal ini diharapkannya setelah orang nomor satu di China itu mengunjungi Rusia dan berjanji untuk menghubungi Ukraina setelahnya.
“Kami siap menemuinya di sini,” katanya kepada kantor berita Associated Press pada Selasa saat dalam perjalanan ke Kyiv setelah kunjungan ke wilayah Sumy.
“Saya ingin berbicara dengannya. Saya memiliki kontak dengannya sebelum perang skala penuh. Tapi sepanjang tahun ini, lebih dari satu tahun, saya tidak berkontak.”
Ketika ditanya apakah ada rencana saat ini untuk bertemu dengan Xi, Zelensky menjawab “tidak”.
2. Putin uji rudal nuklir
Militer Rusia mengumumkan pada Rabu bahwa pihaknya berencana melakukan latihan bagi pasukan peluncuran rudalnya di wilayah Siberia. Latihan ini akan melibatkan rudal balistik antarbenua, Yars.
“Sebagai bagian dari latihan, peluncur rudal mobile Yars akan bermanuver di tiga wilayah Siberia,” kata Kementerian Pertahanan Rusia dikutip TRT World.
Latihan tersebut akan melibatkan pelajaran untuk menyembunyikan pengerahan dari aset intelijen asing. Namun tidak disebutkan apakah ada rencana untuk benar-benar meluncurkan rudal itu.
Yars adalah rudal balistik antarbenua berujung nuklir dengan jangkauan sekitar 11.000 kilometer (lebih dari 6.800 mil). Rudal ini membentuk tulang punggung pasukan rudal strategis Rusia.
Kementerian Pertahanan merilis video yang menunjukkan truk-truk besar yang membawa rudal keluar dari pangkalan untuk berpatroli. Manuver tersebut melibatkan sekitar 300 kendaraan dan 3.000 tentara di Siberia Timur.
Latihan besar-besaran itu terjadi beberapa hari setelah Presiden Rusia Vladimir Putin mengumumkan rencana untuk menyebarkan senjata nuklir taktis ke Belarusia, tetangga dan sekutu Moskow.
3. Putin ‘cium’ kelemahan Ukraina
Presiden Ukraina Zelensky juga menuturkan bahwa Rusia dapat mencium kelemahan negaranya jika berhasil menguasai kota Bakhmut. Menurutnya, Presiden Putin akan ‘menjual’ kemenangan itu di depan Barat, China, dan juga Iran serta membangun dukungan internasional untuk kesepakatan damai mengharuskan Ukraina membuat kompromi yang tidak dapat diterima.
“Jika Putin merasakan darah, bau bahwa kita lemah, dia akan mendorong, mendorong, mendorong,” kata Zelensky kepada Associated Press pada Selasa.
Presiden mengatakan dia khawatir perang dapat dipengaruhi oleh pergeseran kekuatan politik di Washington. “Amerika Serikat sangat memahami bahwa jika mereka berhenti membantu kami, kami tidak akan menang.”
Bakhmut telah menjadi pusat pertempuran paling sengit antara keduanya selama berbulan-bulan. Baik Rusia dan Ukraina sama-sama menyebutkan korban yang jatuh dalam pertempuran di kota itu cukup besar.
Namun baru-baru ini, kelompok paramiliter Rusia Wagner menyebut telah mengepung kota itu. Pendiri dan kepala Wagner, Evgeny Prigozhin, mengatakan Bakhmut merupakan kota kunci karena sangat penting bagi mobilisasi transportasi Ukraina.
4. Ukraina mulai gempur wilayah kekuasaan Rusia
Vladimir Rogov, seorang anggota pemerintahan militer-sipil yang ditunjuk Rusia di Zaporizhzhia yang diduduki di Tenggara Ukraina, mengatakan pada hari Rabu bahwa enam roket HIMARS Ukraina menghantam infrastruktur kereta api dalam serangan sebelum fajar.
“Pertahanan udara Rusia menembak jatuh tiga roket, dan tiga lainnya menghantam objek di Melitopol: rel kereta api, gardu listrik, dan depot rel kereta api. Tidak ada korban yang dilaporkan,” ujarnya dikutip CNN International.
5. Direktur IAEA kunjungi PLTN Zaporizhzhia
Direktur Jenderal Badan Energi Atom Internasional (IAEA) Rafael Grossi, melakukan perjalanan ke Pembangkit Listrik Tenaga Nuklir Zaporizhzhia, sebuah fasilitas yang dikuasai Rusia yang menimbulkan masalah keamanan di tengah pertempuran di daerah tersebut.
Grossi mengatakan aktivitas militer dan jumlah pasukan di daerah itu meningkat, tanpa merinci apakah yang dia maksud adalah pasukan Rusia dan Ukraina. Pasukan Ukraina ditempatkan beberapa mil dari pembangkit.
6. Rusia tahan jurnalis AS
Pihak berwenang Rusia menahan seorang jurnalis asal Amerika Serikat (AS) karena dicurigai menjadi mata-mata untuk Washington. Hal itu menarik kecaman langsung dari Barat dan menyerukan pembebasan reporter The Wall Street Journal tersebut.
Evan Gershkovich (31) adalah jurnalis asing pertama yang dituduh melakukan mata-mata sejak Presiden Vladimir Putin mengirim pasukan ke Ukraina setahun yang lalu. Pengumuman itu juga menandai eskalasi serius dalam upaya Kremlin untuk membungkam kritik.
Pihak The Wall Street Journal mengatakan sangat prihatin dengan keselamatannya dan dengan keras membantah pengumuman Dinas Keamanan Federal (FSB) Rusia bahwa dia “dicurigai memata-matai untuk kepentingan pemerintah Amerika”.
“Kami sangat khawatir dan mengutuk sikap represif Rusia terhadap media Rusia dan asing,” tutur juru bicara Kementerian Luar Negeri Prancis Anne-Claire Legendre, dilansir AFP, Kamis (30/3/2023).
Pengawas media internasional, Reporters Without Borders (RSF), juga mengatakan “khawatir dengan apa yang tampak seperti pembalasan”.
RSF mengatakan Gershkovich “sedang menyelidiki perusahaan militer Wagner”, kelompok tentara bayaran yang memainkan peran penting dalam operasi militer Rusia di Ukraina.
Adapun, FSB mencatat bahwa Gershkovich bekerja dengan akreditasi pers yang dikeluarkan oleh Kementerian Luar Negeri Rusia. Dikatakan dia telah ditahan karena mengumpulkan informasi tentang “kompleks industri militer” Rusia.
“Orang asing itu ditahan di Yekaterinburg saat berusaha mendapatkan informasi rahasia,” kata FSB, mengacu pada sebuah kota di Rusia tengah berjarak 1.800 kilometer ke arah timur Moskow.